Tag Archives: Backpacker

Tram di Kota Basel

Kota Basel ditunjang oleh sarana transportasi publik yang mumpuni berupa jaringan tram yang cukup luas. Tram ini menghubungkan seluruh sudut kota basel mulai dari pusat kota sampai daerah sub urban. Tram beroperasi mulai dari sekitar jam 4 pagi sampai jam 1 malam, dengan frekuensi 5 – 30 menit. Di setiap pemberhentian tram terdapat layar monitor yang menunjukkan posisi tram dan waktu tunggu tram. Tram akan tiba di pemberhentian secara on time sesuai dengan waktu yang tertera di monitor, gak pake molor. Tram di kota Basel dioperasikan dua provider yaitu Basler Verkehrs Betriebe (BVB) yang melayani daerah pusat kota dan Baselland Transport (BLT) yang melayani daerah lingkar luar Basel, sub-urban serta Basel Selatan. Tapi tenang saja, meskipun dioperasikan oleh dua operator yang berbeda, ticketing system-nya tetep sama kok. Jadwal dan rute tram pun terpampang nyata di website, semua mudah dan gak pakai ribet.

PicsArt_1368793635857

Untuk bisa naik tram tentu saja diperlukan tiket. Seperti di negara-negara maju pada umumnya, di setiap pemberhentian tram pasti terdapat loket atau mesin untuk membeli tiket. Jangan coba-coba naik tram tanpa beli tiket. Karena meskipun di tram tidak ada alat untuk tap atau validate tiket, biasanya dilakukan pemeriksaan secara random untuk memeriksa apakah semua penumpang memiliki tiket. Jika tertangkap tidak memiliki tiket, maka akan dikenakan denda yang cukup besar. Hayo masih berani naik tanpa tiket? 😀 Terdapat bermacam-macam tiket tram yang tersedia disini, ada yang single trip ticket, 6 trip ticket, one month tram pass, one year tram pass, dan mobility ticket yang saya dapet dari hotel. Sepertinya hampir semua hotel di Basel menyediakan mobility ticket untuk para tamunya.

PicsArt_1368783310997

Karena udah dapet mobility ticket buat keliling Basel, maka hari itu kami puas-puasin banget naik tram keliling Basel. Si manusia pelor pun bisa sampe ketiduran di dalem tram :mrgreen: Berhubung Basel ini kotanya gak gede-gede amat, dan frekuensi tram-nya cukup sering jadinya tram-nya gak penuh dan kami selalu dapet duduk di dalem tram.

PicsArt_1367029148606

Ngeliat kayak gini saya jadi ngayal, kapan ya Indonesia, atau Jakarta dulu deh sebagai ibukota punya sistem transportasi publik yang mumpuni seperti ini? Kapan ya pemerintah bisa lebih concern terhadap masalah transportasi publik? Bukannya malah ngurusin mobil murah yang bikin tambah macet dan ujung-ujungnya bikin ekonomi Indonesia makin terpuruk karena nilai impor BBM yang semakin besar *deep sigh*.

Mengintip Kota Basel

PicsArt_1379317973751

“Sebenernya Basel itu kota apa sih? kita mau ngeliat apa disana? Kenapa kita harus kesana? Swiss kan negara mahal” omelan panjangnya memaksaku tetap terjaga di dalam kereta SNCF yang baru saja beranjak dari Gare de Lyon, Paris menuju Basel.

“Basel itu kota perbatasan antara Swiss, Perancis dan Jerman. Terkenal sebagai kota pusat industri obat dan farmasi. Kita kesana sebenernya karena penerbangan murah ke Istanbul cuma ada dari sana. Tapi kita pasti nemu sesuatu yang bagus untuk diliat deh nanti, tenang aja” jawab saya sambil mengunyah biskuit.

Continue reading

Milan = Jakarta

Itu kesan pertama saya waktu menjejakkan kaki di kota ini. Setelah menempuh 30 menit perjalanan naik kereta Trenord dengan tiket seharga 10 Eur dari Bandara Milan Malpensa menuju Stasiun Milano Centrale, kami bergegas menuju Metro Stop yang terletak di level bawah stasiun untuk menuju B&B tempat kami menginap. Ternyata eh ternyata metro stop-nya jorok, gelap gak jauh beda sama stasiun Gondangdia. Banyak orang yang geletakan disana-sini, boleh dibilang gelandangan gak sih? 😀 Perasaan saya bener-bener langsung gak nyaman, apalagi kami sampai di kota ini sudah sekitar jam 9 malam. Penumpang metro sudah tidak terlalu ramai dan toko-toko yang berjajar di sekitar metro stop sudah pada tutup.

PicsArt_1370270700845

Continue reading

Terbang dengan Budget Airlines Eropa

Berdasarkan referensi dari beberapa teman dan postingan-postingan yang saya baca bahwa untuk menjelajah Eropa lebih mudah dan murah menggunakan kereta. Tapi karena pertimbangan waktu yang sangat singkat, saya memutuskan lebih banyak menggunakan budget airlines. Soalnya setelah disurvey-survey harganya gak jauh beda, bahkan budget airlines bisa lebih murah kalo beruntung. Lagipula saya dan bebeb itu sama-sama tukang tidur, kalo naik kereta lama terus dua-duanya tidur pulas dan stasiunnya kelewat kan bisa gawat :mrgreen:

Continue reading