Akhir Pekan di Wonosobo

pondok_bamboo_sendangsari

Sebelum ditanya macam-macam, saya mau bikin penjelasan dulu kalo ini tuh perginya sebelum pandemi ya. Kurang lebih sekitar 1 tahun yang lalu, maklum namanya juga procrastinator sejati kalo gak ditunda-tunda nulisnya tuh gak afdol namanya 😀 *alasan padahal males aja sih*.

Jadi akhirnya setelah cuma janji-janji manis bakal berkunjung sama mba Tere sang pemilik penginapan Pondok Bamboo Sendangsari Wonosobo yang sudah saya ucapkan bertahun-tahun yang lalu. Akhirnya di tahun 2019 baru bisa terwujud janji saya berkunjung itu, padahal pertama kenal mba Tere itu udah dari tahun 2009 waktu bareng-bareng trip ke Belitung. Gapapalah yang penting kan penantiannya mba Tere gak sia-sia kayak Han Ji Pyeong.

Angkutan_terusan_wonosobo

mie_ongklok_longkrang

Seperti biasa karena fakir cuti, saya cuma pergi pas akhir pekan aja. Berangkat dari Jakarta jumat malam setelah pulang kerja, naik kereta ke Purwokerto dulu trus nginep semalem. Baru sabtu paginya ke Wonosobo naik angkutan terusan dari PT KAI. Angkutannya sejenis mobil travel gitu, harga tiketnya Rp75.000 naiknya dari Stasiun Purwokerto. Tiketnya bisa dibeli di online travel agent kesayangan anda *gamau sebut merk karena lagi ga ada kerjasama hahaha songong*. Dari Purwokerto ke Wonosobo perjalanannya kurang lebih 4 jam. Sampe Wonosobo kami langsung makan Mie Ongklok Longkrang dulu, baru naik taksi online menuju penginapan. Selama di Wonosobo kita naiknya taksi online terus kok, gampang banget pokoknya.

kamar_pondok_bambu_sendangsari

sekamar bisa rame-rame

joglo_bambu

joglo di penginapan

penginapan_wonosobo

kamarnya begini nihh

Pondok Bamboo Sendangsari ini letaknya di desa Sendangsari sekitar 7 km dari pusat kota Wonosobo. Total kamar di sini cuma ada 3 kamar, enak sih jadi lebih tenang dan gak ramai. Tapi mba Tere ada rencana akan menambah sekitar satu atau dua kamar lagi nantinya. Kamar-kamar di sini semuanya serba bambu dan super luas sehingga bisa diisi sampai 4 orang dengan nambah extra bed. Tapi karena serba bambu ini, udara Wonosobo yang dingin jadi mudah menelusup ke dalam kamar dan harus dilawan dengan pakai baju juga selimut yang dobel-dobel. Plis jangan tanya saya mandi atau gak ya pas di sini 😛 Di sini juga kebunnya luas banget dengan tanaman-tanaman yang beragam. Yang hobi sama tanaman pasti bakalan betah di sini. Di tengah kebun ada bangunan joglo bambu besar yang berfungsi sebagai common room untuk ngobrol, makan, main congklak dan melakukan berbagai macam aktivitas. Tapi pas kemarin ke sini yang nginep cuma rombongan kami aja sih, jadi berasa private gitu hehehe.

juru_benggol

Malamnya kami berkunjung ke Pasar Ting Njanti. Pasar ini unik karena gak cuma menyediakan jajanan khas tapi juga ada pertunjukan seninya. Cocok banget lah buat menghabiskan waktu di malam minggu, apalagi kalo bareng pasangan #eaaa. Benggol digunakan sebagai alat tukar jika ingin jajan di sini, 1 Benggol = Rp2.000,- jadi sebelum masuk kita tuker uang benggol dulu. Jajajan di sini cukup bervariasi mulai dari yang tradisional seperti soto, pecel, ketan sampai  yang modern seperti sosis bakar dan tahu bulat. Tapi karena suasananya romantis dan remang-remang saya gak ambil banyak foto di sini, kamera HP gak mumpuni 😀

pasar_lawas_kumandang

pasar_lawas_kumandang

pasar_lawas

Besok paginya kami lagi-lagi berkunjung ke pasar yaitu Pasar Lawas Kumandang. Pasar ini letaknya di Dusun Bongkotan, Desa Bojosari, Kecamatan Kertek, Wonosobo. Menurut informasi, pasar ini sudah ada sejak pertengahan bulan Mei 2018. Seperti pasar-pasar sejenis, untuk bertransaksi di sini sebelumnya kita juga harus tukar uang dengan koin bambu dulu yang satu kepingnya setara Rp2.000,-. Dijamin kalap sih kalo di sini karena aneka makanan tradisional ala pedesaan menggoda banget untuk dicicipi semua. Ada lupis, klepon, tiwul, gethuk lindri, serabi, sego megono, sego leye dan lain sebagainya. Pokoknya pantang pulang sebelum kenyang 😀 Selain jajanan di sini tersedia juga mainan-mainan tradisional seperti yoyo, kotek-kotek, dan souvenir lucu seperti gantungan kunci, celengan, sandal kayu dan sebagainya.  Favorit saya di sini adalah sego leye yaitu nasi tiwul yang terbuat dari singkong, dicampur sayur lumbu (batang talas), ikan asin dan sambal. Nikmat banget rasanya jadi pengen nambah tapi masih banyak makanan lain yang mau dicoba.

santai_pasar_lawas

makanan_pasar_lawas

Setelah kekenyangan sampe susah berdiri, baru deh kami kembali ke penginapan buat……. tidur lagi 😀 trus beberes siap-siap pulang ke realita hari senin yang sudah di depan mata. Tapi seneng banget bisa refreshing sejenak di Wonosobo yang sejuk meskipun kegiatannya gak jauh-jauh dari ngunyah dan rebahan. Buat yang penasaran saya mandi atau gak selama di Wonosobo, yaudah dijawab deh : saya mandi kok tapi dalam bentuk wudhu x))))

Btw semoga COVIDJNCK ini cepet berakhir ya, udah kangen main-main ke pasar dengan rasa aman dan nyaman kayak dulu lagi nih.

25 thoughts on “Akhir Pekan di Wonosobo

  1. Ria

    Waah aku ya jadi kangen Wonosobo deh Mbak. Rencana mau mudik di awal Maret gagal karena pandemic ini .. Hiks. Oia Desa Sendangsari (Garung) tempat penelitian skripsiku lho Mbak, hehehe dan skr hebat sudah makin maju dengan desa wisatanya 🙂

    Liked by 1 person

    Reply
    1. Dita Post author

      jadi belum mudik sama sekali ya mba? semoga bisa segera mudik ya. Iyaa mudah-mudahan wisata Wonosobo makin maju ya, gak cuma untuk transit yang mau ke Dieng aja

      Like

      Reply
      1. Ria

        Iya nih, trakhir mudik tahun lalu dan udah kangen banget sama keluarga disana. Semoga ya kondisi bisa aman2 lagi. Aamiin

        Insyallah semakin maju dan tetep menawan 🙂

        Like

  2. alrisblog

    Wah, cakep pondok bambunya. Tempat tidurpun dari bambu, Menarik.
    Jadi ingat jaman baheula, waktu masih masih di kampung. Yang saat itu banyak peralatan dan peralatan rumah tangga terbuat dari bambu. Bahkan sebagian dari bangunan rumah juga dari bambu.

    Liked by 1 person

    Reply
  3. ainunisnaeni

    jadi pengen balik lagi ke wonosobo buat kulineran lagi, kalau soal dinginnya aku juga ga kuat mbak, ampun ampun, apalagi waktu pertama kali ke sana pas puncaknya dingin. ruar binasa pokoknya

    Liked by 1 person

    Reply

Di-read doank itu gak enak, kasih comment donks :)