Napak Tilas Perjalanan Papa di Australia

tempat-wisata-australia

“Jangan lupa belajar dan jaga mama”

Saya masih mengingat dengan jelas kata-kata yang tertulis di balik kartupos bergambar Sydney Opera House yang saya terima belasan tahun yang lalu. Kala itu saya masih berseragam putih biru dan papa sedang ditugaskan untuk studi banding sekaligus training singkat manajemen pengelolaan sekolah di benua Kanguru selama 3 bulan. Siang itu saya menerima 2 kartupos dari seorang bapak berbaju oranye. Kartupos yang satu lagi bergambar blue mountain, dan ditujukan kepada adik saya dengan pesan “jangan lupa belajar dan jangan nakal”. Lho jadi yang kebagian tanggung jawab buat jagain mama ternyata saya doank?! Nasib anak sulung :/

vivid-sydney-2015

Vivid Sydney

Sepulang dari Australia, papa membawa banyak oleh-oleh untuk kami. Tapi yang paling saya suka tentunya segudang cerita disertai beberapa lembar foto kenang-kenangan. Sayangnya di tahun itu kamera adalah barang berharga yang belum mampu kami miliki. Beberapa foto yang dicetak papa adalah hasil numpang kamera rekan kerjanya yang saat ini pun terserak entah dimana. Saya ingat beliau sangat terkesan saat bercerita tentang Sydney Opera House yang merupakan sebuah bangunan gedung opera berbentuk yang unik. Gedung ini bisa dimasuki di beberapa bagiannya meski sedang tidak ada pagelaran acara di dalamnya. Seandainya papa masih ada, pasti beliau akan lebih terkesan dengan adanya pagelaran Vivid Sydney yang saat ini rutin diadakan setiap tahunnya, dimana gedung Sydney Opera House disulap menjadi kanvas permainan cahaya warna-warni yang indah. tidak tanggung-tanggung, event yang berlangsung di bulan Mei – Juni ini juga melibatkan musisi kondang, serta seniman lokal dan internasional.

blue-mountains-view-sydney

Pierces Pass, Blue Mountains, Sydney

Pada hari libur training, papa dan beberapa rekan dari Indonesia diajak untuk menjelajah Blue Mountains, pegunungan yang terletak sekitar 50 km dari kota Sydney. Dengan mengendarai mobil milik salah seorang guru di tempat training, mereka menempuh 90 menit perjalanan untuk mencapai gunung yang dipenuhi tumbuhan eukaliptus tersebut. Papa bercerita bahwa di Blue Montains terdapat legenda yang mirip legenda-legenda yang ada di Indonesia. Jadi di Blue Mountains ini terdapat 3 batu karang raksasa berjajar yang merupakan perwujudan 3 saudara perempuan yang dikutuk menjadi batu. Tiga batu karang tersebut dikenal dengan nama Three Sisters. Di Blue Mountains ini orang yang tidak pernah mendaki gunung tidak perlu khawatir, karena ada berbagai fasilitas yang bisa digunakan untuk menikmati pemandangannya. Ada Scenic Skyway yang berupa kereta gantung, scenic railway yang berupa kereta untuk meluncur turun ke dasar lembah, scenic walkway yang berupa jalur terbuat dari lantai kayu untuk menapai hutan dan Scenic cableway yang juga merupakan kereta gantung untuk membawa pengunjung kembali ke atas. Dengan banyaknya fasilitas ini, tidak heran jika Blue Mountains merupakan salah satu destinasi wajib jika mampir ke Sydney.

blue-mountains-sydney

Three Sisters

Dari Blue Mountains, rombongan papa melanjutkan perjalanan menuju Jenolan Cave yang merupakan gua batu kapur paling spektakuler di Australia. Rangkaian gua ini memiliki sembilan gua yang terbuka untuk umum dengan aliran sungai bawah tanah, pencahayaan yang memadai, juga formasi gua yang luar biasa. Rangkaian gua ini ditemukan oleh James dan Charles Whalan pada tahun 1840. Nama Jenolan, berasal dari bahasa suku Aborigin yang artinya gunung tinggi. Jenolan caves juga merupakan gua bawah tanah terbesar dan tertua di dunia.

jenolan-cave-sydney

Jenolan Cave

“pasar di Sydney bersih banget, gak becek. Kamu pasti suka”

Saya ingat papa berkata begitu karena tahu saya paling malas diminta tolong mama untuk ke pasar. Mendingan nyuci baju atau nyetrika baju setumpuk ajalah daripada harus berbecek-becek ria ke pasar tradisional 😛

rocks-market

Selain mengisi hari libur dengan mampir ke tempat wisata Sydney, papa juga hobi mampir ke pasar tradisional. Pasar favorit Papa di Sydney adalah Paddy’s market yang menjual aneka kebutuhan mulai dari sayur dan buah segar, baju, barang elektronik bahkan cindera mata. Di waktu luangnya papa sering datang ke sini untuk sekedar melihat-lihat atau membawa pulang barang-barang dianggapnya menarik. Papa memang punya selera yang unik, ketika di Malang pun beliau suka menghabiskan waktu seharian di pasar barang-barang bekas yang berlokasi di daerah Comboran. Tidak jarang ia membawa pulang benda-benda yang menurutnya merupakan sebuah harta karun berharga, namun kami anggap rongsokan.

paddys-market

Selain Paddy’s Market ada juga Rocks Market yang lebih banyak menjajakan barang seni dan barang-barang kerajinan. Kata papa, Rocks Market ini cuma buka di hari sabtu –  minggu, dan selalu dibanjiri kaum wanita serta anak-anak muda.

Pasar lain yang sering dikunjungi papa adalah Sydney Fish Market. Terletak di daerah Pyrmont, pasar ikan ini memiliki lebih dari 15 outlet yang tidak hanya menyajikan seafood, tapi juga wine, keju, dan beberapa coffeeshop. Papa dan saya memiliki selera makan yang sama, tidak suka makan daging merah tapi pencinta seafood garis keras. Beda dengan mama dan adik yang cenderung pemakan segala 😀 Di Sydney Fish Market ini selain berbelanja ikan dan seafood segar untuk dimasak sendiri, kita juga bisa menikmati makan siang yang bisa langsung dimasak di sini. Dijamin rasanya segar dan lezat. Berbagai pilihan ikan, udang, cumi-cumi, bahkan kepiting tersaji ditemani potato chips khas Australia. Sajian makan siang ini belum lengkap tanpa ditutup dengan kopi dan es krim yang juga tersedia di jajaran coffeeshop yang ada. Cukup mendengar cerita papa saja saya rasanya ingin menelan ludah berkali-kali 😦

sydney-fish-market

Sydney Fish Market

Beberapa tahun lalu papa sempat berwacana untuk berkunjung kembali ke Australia untuk berlibur, tentunya sambil mengajak kami menapak tilas perjalanannya belasan tahun yang lalu. Sayangnya wacana tersebut belum terwujud sampai beliau tutup usia di tahun 2012. Kamipun mengubur dalam-dalam rencana jalan-jalan tersebut, hingga kemarin saya menemukan sebuah advertorial saat sedang iseng berlencar di dunia maya. Tiket promo terbang ke negeri Boomerang dari maskapai kenamaan Australia, Qantas. Harganya cukup reasonable bagi kami berempat untuk pulang-pergi ke Sydney dengan full service carrier yang kabarnya sudah memiliki wifi on board dan menyediakan ipad bagi semua penumpangnya. Segera saya membolak-balik kalender tahun 2016 dan mecoret-coret jadwal yang memungkinkan bagi kami berempat. Saya yakin ini akan menjadi napak tilas perjalanan yang syahdu dan menyenangkan.

Ada yang mau ikut? 🙂

nsw-sydney

Sumber foto dari sini

119 thoughts on “Napak Tilas Perjalanan Papa di Australia

  1. ndop

    Semoga perjalananmu nanti menyenangkan yaa.. Bapakmu seniman yaa, kayaknya bakalan nyambung kalau ngobrol sama akuuu.. hahahah. Tapi di alam yg berbedaaaa.. duh kak..

    Like

    Reply

Di-read doank itu gak enak, kasih comment donks :)