Jelajah Chinatown Jakarta bersama Jakarta Good Guide

chinatown jakarta

Daerah Glodok di Jakarta Barat identik dengan barang-barang elektronik yang berkualitas dan harganya miring. Selama kurang lebih 8 tahun merantau di Jakarta, baru beberapa kali saya menyambangi kawasan ini. Seperti halnya orang-orang kebanyakan, kedatangan saya ke sini adalah untuk kepentingan pencarian barang elektronik juga DVD Bollywood bajakan yang kabarnya paling lengkap koleksinya. Duh kan jadi ketauan kalo demen film India 😛 *kemudian jejogetan bentar*. Oke kembali ke topik awal, siapa sangka di balik hiruk pikuk kegiatan perniagaan di kawasan Glodok ini terdapat jejak-jejak sejarah warga etnis Tionghoa yang menjadi bagian dari sejarah kota Jakarta dan menyisakan beberapa bangunan tua yang menarik untuk ditelusuri lebih lanjut.

candra naya

Kawasan Glodok dikenal sebagai Chinatown atau Pecinan karena didiami oleh warga Tionghoa setelah terjadinya pemberontakan kaum Tionghoa yang berujung pada pembantaian 20.000 jiwa warga Tionghoa oleh VOC di tahun 1740. Yang kemudian disusul dengan keluarnya peraturan Wijkenstelsel, dimana warga Tionghoa tidak diperbolehkan lagi tinggal di dalam tembok kota. Glodok adalah perkampungan yang ditunjuk oleh VOC sebagai kampung warga Tionghoa.

Konon nama Glodok bermula dari bunyi air “grojok-grojok” dari air mancur/pancuran/pancoran yang ada di sekitar kawasan itu. Namun ada juga sumber yang mengatakan bahwa nama Glodok berasal dari kata grobak, tempat membawa dan menjual air dari air pancoran. Beberapa bangunan bersejarah yang tersisa di kawasan Glodok ini diantaranya :

Candra Naya

Bangunan ini masih menjadi misteri karena tidak ada bukti-bukti yang dapat memastikan kapan tepatnya bangunan ini dibangun. Dulunya merupakan rumah milik keluarga Khouw yang terkenal sebagai tuan tanah dan pemilik gedung elite pada abad ke-18. Keturunan keluarga Khouw terakhir yang menempati gedung ini adalah Mayor Khouw Kim An yang kemudian meninggal pada tahun 1945. Bangunan ini selain rumah juga berfungsi sebagai kantor dan di bagian belakang terdapat kolam teratai. Nama Candra Naya baru digunakan pada tahun 1965 ketika ada peraturan bahwa nama-nama berbau asing harus di Indonesiakan.

Saat ini letak gedung Candra Naya seolah terjepit di antara hotel Novotel Gajah Mada dan Apartemen di sekelilingnya, karena pada tahun 1992 tanah dan bangunan ini dijual oleh ahli waris kepada pengembang hotel dan apartemen. Padahal Gedung Candra Naya merupakan cagar budaya yang tidak dapat dibongkar. Akhirnya dengan berbagai kompromi, bangunan bersejarah ini tetap dapat berdiri dan pengembang diijinkan membangun apartemen di bagian atas.

candra naya

kolam teratai

Toko Obat Legendaris

Di sepanjang jalan Pancoran terdapat deretan toko yang rata-rata menjual obat. Kalo dilihat dari bentuknya, sepertinya toko-toko obat ini tidak mengalami perubahan yang signifikan dari bentuk aslinya. Mengenai obat apa saja yang dijual dan bagaimana iklim persaingan usahanya, saya belum mencari tahu lebih lanjut 😀

chinatown jakarta

Petak Sembilan

Kawasan ini cukup ramai dengan banyaknya pedagang di sisi kiri dan kanan yang menjual aneka ragam barang dagangan mulai dari sayuran segar, ikan, kolang-kaling, rempah-rempah, bahkan pakaian dan alat tulis. Tapi yang paling menarik yang bisa kita temui adalah penjual katak dan teripang (timun laut).

chinatown jakarta

chinatown jakarta

Wihara Dharma Bhakti

Merupakan wihara terbesar yang ada di Jakarta dengan luas keseluruhan sekitar 1.200 meter persegi. Berusia kurang lebih 400 tahun, dan setiap tahunnya Wihara ini ramai dikunjungi puluhan ribu orang terutama pada saat imlek. Pada bulan Maret 2015 wihara ini mengalami musibah kebakaran hebat yang cukup sulit dipadamkan karena banyaknya lilin dan dupa, juga struktur bangunan yang terbuat dari kayu. Bekas-bekas kebakaran tersebut masih bisa kita saksikan saat ini karena sedang dilakukan renovasi. Semoga proses renovasinya segera selesai.

chinatown jakarta

chinatown jakarta

bagian dalam wihara yang terbakar bulan Maret 2015

Vihara Dharma Jaya Toa Se Bio

Disebut juga Kelenteng Duta Besar, untuk menghormati dewa yang dipuja di klenteng ini yaitu Toa Se Kong atau Paduka Duta Besar. Diambil dari kata toase: pembawa pesan/duta besar, dan bio = temple. Yang unik di sini adalah adanya gerobak penjual soto tangkar sapi yang cukup ramai tepat di depan pintu masuk vihara 😀

vihara toasebio

chinatown jakarta

chinatown jakarta

Gereja Santa Maria De Fatima

Tidak jauh dari Vihara Toa Se Bio terdapat sebuah gereja dengan arsitektur bangunan Khas Tionghoa bernama Gereja Santa Maria de Fatima. Awalnya gereja ini hanya menggunakan bahasa Tionghoa dalam pelayanannya karena memang jemaatnya merupakan warga keturunan Tionghoa, tapi saat ini sudah mengadakan pelayanan dengan bahasa Indonesia dan Tionghoa. Di halaman gereja terdapat Gua Maria yang menggambarkan kemunculan Maria di depan 3 orang anak yang terjadi di kota Fatima, Portugal.

gereja santa maria de fatima

gereja santa maria de fatima

Gang Gloria

Kawasan ini populer dengan kulinernya yang sangat bervariasi dan legendaris. Mulai dari buah-buahan segar, nasi campur, gorengan, mie kangkung, gado-gado, sampai Kedai Kopi Tak Kie yang legendaris. Bagi yang muslim, jangan lupa bertanya makanan yang dijual itu halal atau enggak. Kalo belum halal ya buruan donk di-halal-in, apa gak capek ditanya-tanya melulu sama orang tua? #lha 😛

chinatown jakarta

Gang Gloria

chinatown jakarta

mz Farid :3

Adalah Jakarta Good Guide yang memprakarsai kegiatan walking tour ke beberapa sudut-sudut unik Jakarta, salah satunya Chinatown Glodok ini. Juga Mas Farid Ardian, guide dari Jakarta Good Guide yang setia menemani dalam kegiatan walking tour Chinatown kemarin. Dengan ciri khasnya yang mengenakan topi fedora, mas Farid menjelaskan dengan sangat menarik sejarah-sejarah yang ada di kawasan Chinatown, sehingga hari itu kami pulang dengan bahagia karena memiliki pengetahuan baru tentang kota yang kami tinggali saat ini, dan pada akhirnya juga bisa berbagi melalui postingan ini.

Tuhh kan, sebenernya perempuan itu gampang dibahagiakan kok. Gak perlu lipstik seharga 500k, cukup dikasih penjelasan sama kepastian aja 😀 #ehgimana

82 thoughts on “Jelajah Chinatown Jakarta bersama Jakarta Good Guide

  1. dani

    Bahahahaha. Ini yang jones pasti gemez bacanya Dit.
    Keren acara jalan-jalannya. Duluuu banget ey langganan ke glodok demi mengupdate koleksi film seri setiap minggu sekali. Gak nyangka banyak sudut yang menarik di daerah situ…

    Like

    Reply
  2. denaldd

    Kalian (kamu dan fitri) pas jalan2 gini keterangan guidenya direkam atau gimana sih kok hapal banget nulisnya kumplit. Salut. Kalo aku kecepatan lupanya melebihi kecepatan cahaya haha. Pengen banget ke petak 9. Pas aku di Jakarta kayaknya masih belum ngehits deh (atau akunya aja yang ga hits haha)

    Like

    Reply
  3. Halim Santoso

    Ciyee akhirnya belajar sejarah Jekartah… seneng deh Dita jadi sukak ama heritage. Next time ikut digandeng yahhh, atau bisa nggak sih Jakarta Good Guide dibuking tapi tetep minta diguide-in mas Farid biar Dita tambah kesengsem? #loh 😀

    Like

    Reply
  4. Maya

    Dulu jaman kuliah sih seminggu sekali ke petak sembilan buat sembahyang Dit, cuma sekarang udah jauh aja. Kangen deh kesana. Enaknya kesana tuh naik busway, biar bebas jalan jalannya. Btw, gang gloria mentok sampe ujung ada bihun kari ayam yang enaaaak banget, halal lagi, boleh di coba tuh Dit 🙂
    Argh yang gue kangenin dari petak sembilan tuh, bisa nemu aja barang murah X))

    Like

    Reply
      1. Maya

        Kulinernya enak enak Dit, dont worry yang halal juga banyak. Ada nasi gudek enak, pecel, bubur kacang ijo huaaah *mendadak laper* 😆

        Like

  5. Rifqy Faiza Rahman

    Asyik foto-fotonya Mbak, secara umum, saya mikir hebat orang keturunan china itu, melestarikan tradisi dan budaya di kemajuan zaman 🙂

    Like

    Reply
  6. kekekenanga

    yailahh Dit, kok samaan sik kita doyan bollywood hahaha
    Cinta mati sama Syah Rukh Khan, Salman Khan, Amir Khan buahahaha salah focus.

    Anyway aku baru tau kl trnyata di glodog bnyak sudut2 yg lucu buat OOTD yah 😀

    Abis ini posting mie satu meter itu dong Dit hahahaa

    Like

    Reply
    1. Dita Post author

      hahaha iyaaa seru lhooo buat ootedee, gak usah jauh2 ke Haji Lane dulu 😀

      wiiii aku belum sempet ke sana keeee, kamu duluan laah yang posting

      Like

      Reply
  7. fasyaulia

    Kalo belum halal ya buruan donk di-halal-in, apa gak capek ditanya-tanya melulu sama orang tua?

    Perempuan itu gampang dibahagiakan kok. Gak perlu lipstik seharga 500k, cukup dikasih penjelasan sama kepastian aja.

    KAK DITA GIMANA INI KAK JELASIN KAK HAHAHAHAHA. JADI SALAH FOKUS AKU MAH 😦

    Like

    Reply
  8. Pingback: Enjoy Jakarta! | me and my story

Di-read doank itu gak enak, kasih comment donks :)